Rabu, 29 April 2009

Meaning of Life (Bag I)

JEMBATAN

Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah
karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan
ini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian hebatnya. Padahal
selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan
peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa
mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.

Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah
menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak
dalam bentuk caci-maki.
Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak
bertegur-sapa.

Suatu pagi, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak.
Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas
tukang kayu.
Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,? kata pria
itu dengan ramah. Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa
pekerjaan untuk saya selesaikan.?
Oh ya !? jawab sang kakak.
Saya punya sebuah pekerjaan untukmu.?
Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah
rumah tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku.

Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu
mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai
yang memisahkan tanah kami.
Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, Tapi aku akan
membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau
membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi
melihat rumahnya.
Pokoknya, aku ingin melupakannya.
Kata tukang kayu, Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan.
Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang.
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan
dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.

Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian.
Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku.
Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru
Saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu
melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar
kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan
melintasi sungai yang menghubungkan lading pertaniannya dengan
ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan
undak-undakan yang tertata rapi.

Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki
Jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini.
Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku? kata
sang adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan,
Saling berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu
pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.
Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi.
Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu, pinta sang kakak.
Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini, kata tukang kayu,
tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.?

TUHAN SELALU INGIN KITA BERSAMA DALAM DAMAI SEJAHTERA
TUHAN SELALU INGIN MEMPERSATUKAN HATI KITA
TUHAN SELALU INGIN KITA MENGASIHI SESAMA KITA, SAUDARA KITA.
KARENA TUHAN ADALAH SAHABAT SETIA, PENOLONG KITA.
PERCAYALAH BAHWA TUHAN SELALU INGAT PADA KITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar